November 18, 2013

Sembilan

Berpura-pura tak melihat di ladang cahaya yang menjelaskan segala rupa. Biar saja buta. Biar saja tuli. Biar saja mati rasa. Kadang ada baiknya.

0.47am

Delapan

Putri bercerita lagi...
Putri jatuh cinta pada pengelana yang singgah di istana. Saat putri ingin mengenal sang pengelana, pengelana membuat putri terkesima. Pengelana bukan pria yang baik. Namun putri berpiir, bukankah selama ini yang ia temukan bukanlah yang baik?
Pengelana membawa putri ke dunianya. Dunia yang tak asing bagi putri sebenarnya. Seulas senyum pengelana lagi-lagi membuat putri terkesima. Setiap guliran cerita pengelana didengar putri dengan seksama. Putri kembali jatuh cinta. Kemudian putri berencana. Menetapkan sang pengelana di istananya. Menjadikan pengelana lebih baik dan bersedia mendampingi sang putri.
Hari-hari singkat dijalani oleh putri dan pengelana. Bahkan telah tercipta bahasa yang hanya dapat dipahami oleh mereka berdua. Pengelana mengajak putri keluar istana. Putri bahagia.
Akan tetapi, datanglah satu waktu. Sang pengelana mengingkari janjinya. Berbohong pula. Putri teringat lagi. Pengelana adalah seorang penjudi pada dulunya. Berbuat semaunya saja. Putri kecewa. Tak tahu harus kecewa pada siapa. Mimpi putri kian tinggi sekali akan sang pengelana. Putri menangis sejadinya. Putri kecewa. Pengelana perlahan pergi. Tak tahu karena apa. Putri masih mampu berharap pengelan pergi karena malu mengingkari janji. Putri berharap pengelana juga jatuh cinta. Harapan putri belum ada jawabnya. Putri sedih. Betapa pengelana mampu membuatnya jatuh cinta dalam singkatnya waktu mereka bersama. Putri merasa bodoh. Namun segalanya memang dapat terjadi dalam cinta. Sang putri mudah sekali jatuh cinta.
Akankah sang pengelana kembali? Membawa kepingan harapan putri? Menjadi pengelana yang lebih baik? Adakah cinta dalam hati pengelan untuk sang putri? Pengelana...... bukankah ia selalu berkelana?