Juli 19, 2013

Tujuh

Tak terasa langit sore mulai berpendar, dari jingga perlahan mengelam. Waktu kini tlah sampai pada suatu jeda yang mengaburkan segala yang tadinya tampak. Jengah ku tatap wajah di cermin. Sudah jadi apa engkau wahai pengembara? Dapat apa engkau dari fananya dunia? Kala ku teliti lagi, betapa semakin pintar kau berpura-pura menyunggingkan senyum yang semestinya tak pantas kau tebarkan. Palsu. Kau merasa lengkap padahal kau kosong. Kau merasa tinggi padahal tetap kau terpuruk. Bahagiamu buatan. Lantas kau banggakan?

Ini hasil lagamu. Skenario yang teramat rapi kau susun sampai detik ini bergulir. Ceritanya semakin menarik. Biar kau luka, ini kau yang menorehnya. Sayatannya tipis tak terlihat. Namun satu saat kau sentuh barangkali kau akan meringis. Pedih. Iya, kau yang buat.

Segalanya membingungkan, katamu. Biar saja. Biar kau jera. Dan katanya manusia akan bahagia pada waktunya. Kau kan sudah bahagia. Bahagia buatan-buatanmu itu. Pualam kian bersinar terpantul cemerlang matamu. Tidakkah kau sadari? Semu atau tidak aku tak peduli. Kau yang buat. Pengertian yang tak pernah ku pahami. Biarlah, biar kau yang jadi.

Lalu kini kau terseok, memohon untuk jadi dirimu sendiri dan membual, menulis lagi cerita-cerita. Melanjutkan skenario yang akhirmya alurnya tak manusiawi lagi. Lautan airmata yang kau ciptakan lantas ingin kau surutkan? Ember penyesalanmu sudah berlubang. Tak akan mampu alirannya kau hentikan hingga akhir jaman. Dan tak lagi pantas kau besarkan volumenya dengan airmata yang tak ku ketahui buatan lagi atau bukan.

Kau pun berpura-pura lagi. Kaki jenjang itu kau bawa melaju, namun tangan pun terulur ke belakang. Berharap ada yang menggapai. Namun kau tak paham-paham. Tak ada gapaian yang kau harapkan. Ia telah lebur bersama lautan airmatanya sendiri. Kau tengok sesekali ke belakang. Kosong. Hitam. Lalu kau menangis lagi.

Roller Coaster

Heyho! How's life guys?
Apakah Barrack Obama masih jadi Presiden Amerika Serikat? Apakah Channing Tatum masih cool? Dollar berapa sekarang kalo di-rupiah-in? Kali Ciliwung udah bisa dipake buat snorkling?
Coba lupakan sejenak masalah-masalah di atas tadi dan sekarang simak tulisan random ini. Sorry, let me correct, tulisan random nan bermanfaat ini..

Roller Coaster. Ada yang ga tau permainan ini? Itu loh, permainan yang ada di Dunia Fantasi Ancol. Wahana ini cukup menegangkan. Roller Coaster akan membawa kita meluncur dengan kecepatan tinggi dengan lintasan yang beragam. Mulai dari yang datar sampe lintasan berputar-putar dan rasanya badan mau ikutan terbang. Wussshhhhh!!!!!!! Wahana yang menggunakan energi potensial ini akan sukses membawa penumpangnya berteriak histeris sepanjang permainan. 'aaaaaaaaaakkkkkkk'

Tapi, gue ga akan ngebahas lebih jauh lagi tentang Roller Coaster tersebut, cara kerjanya, apalagi ngebahas berapa omset Dufan perhari. Yaaaa.. yang jelas kalo lo naruh saham disana, lumayan untung deh.
Yang akan gue paparkan disini adalah analogi Roller Coaster dengan sebuah situasi yang mungkin sering dialami oleh manusia, terutama kawula muda. (gue berasa tua ngomong 'kawula muda')

Pernahkah lo ngalamin saat-saat dimana lo seneeeeeeeng banget. Senengnya ga ketolongan deh. Ga ngobat. Atau apalah itu bahasanya sekarang. Yang jelas lo ngerasa dunia ini begitu indah. Semua terlihat cemerlang, bercahaya, dan lo terbang. Ah sedikit berlebihan. Dan udah di puncaknya lo seneng, lo dapet kabar atau something yang buat mood lo langsung kacau berantakan. Hancur. Dan posisi lo terbang tadi seketika jatuh ke bumi. Remuk. Yap, sama halnya dengan wahana Roller Coaster tadi Sodara-sodara. Satu saat, kita bakalan dibawa mendatar dengan suasana hati yang masih stabil. Saat mulai menanjak, kita rasakan desiran angin dan mata kita dapat memandang segalanya dari atas. Akan tetapi, secara tiba-tiba.... Wussssss!!!! Roller Coasternya meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. Menegangkan. Udah campur aduk perasaan saat itu. Dan ga tanggung2, bukan hanya hantaman jatuh ke bawah, tapi juga lintasan yang menyerupai gulungan akan kita hadapi. Badan kita sudah berputar 360 derajat dan yang akan terdengar hanyalah teriakan.




Well, dalam hidup pasti semua orang pernah mengalami hal seperti itu kan. Roller Coaster Kehidupan. Segala sesuatu yang ada di bumi akan mencapai kesetimbangan. Apapun. Contoh kecilnya aja di tubuh kita. Berlebihnya cairan di dalam tubuh akan segera dikeluarkan melalui keringat ataupun air seni, bukan? Dalam hidup segalanya pun harus seimbang. Ada kalanya kita bahagia, namun tidak jarang kesedihan menghampiri kita. Berdasarkan pengalaman gue yang amat sangat sensitif dan tidak jarang mengalami Roller Coaster ini, seyogyanya kita senantiasa siap dengan segala kemungkinan. Ga ada yang kekal, begitupun kesenangan. Kita ga boleh lengah dan terbuai karena seketika hantaman keras, luncuran menukik itu dateng dan buat kita terperosok kita udah siap. Jadi kalo hancur, ga hancur amat. Sakit hati, ga sakit banget. Ya begitulah..

Tulisan ini no offense ya. Gue cuma mau berbagi pengalaman tentang sesuatu yang ga layak dilebih-lebihkan. Kita harus senantiasa siap sama semua kemungkinan yang ada di hidup kita. Kebahagiaan, kesedihan, segalanya. Akan ada banyak sekali Roller Coaster di kehidupan ini. Prepare your self well so when the Roller Coaster's scary tracks come, you won't go down for a long time, you will get up! *beer*

Juli 09, 2013

Children, How Happy You are!

Tanpa kita sadari, waktu akan bergulir dengan amat cepat. Ya, buktinya banyak kok. Coba deh liat, saat kumpul keluarga besar, pasti ada aja orang yang bilang gini "iiih.. si A udah gede ya sekarang, perasaan baru kemarin liat masih ditimang-timang, sekarang kelas berapa?". Lalu si A menjawab, "Kelas 5 SD, Tante". Tuh kan?! Waktu emang cepet banget jalannya. Baru kemaren si A ditimang-timang, eeehh hari ini udah kelas 5 SD aja. Amazing. Atau gue yang bego karena ga ngerti ungkapan? ._. Oke lupakan.

Gue lagi kangen masa-masa kecil nih. Masa-masa polos gue, imut gue, (ehm), segala kebodohan dan ga kenal sama yang namanya capek. Kerinduan ini disponsori oleh anak-anak kecil yang beberapa waktu lalu sempet nyantronin gue ke Bogor. Waaah seneng banget disamperin. Anak-anak kecil ini adalah sepupu-sepupu gue. Sekitar generasi ketiga dari keluarga Ahmad Madil. Ya lo pada pasti gatau siapa itu. Tapi as you know, pokoknya itu Kakek gue dari keluarga Papa.

Mereka dateng dari Jakarta ke Bogor untuk liburan. Awalnya sih mau ke Puncak, tapi karena kemarin timingnya kurang tepat dan jalan menuju Puncak udah keburu macet parah, jadi kita memutuskan untuk ke Kebun Raya Bogor. Sampai disana, si anak-anak belum sadar kalo ada gue, karna emang gue baru dijemput di Bogor oleh mobil lain, bukan mobil dimana penuh anak-anak itu. Lalu tiba-tiba, salah satu dari mereka, seorang anak bernama Salwa teriak "Kak Raraaaaaaaaaaaaa". Kemudian yang lain juga ikutan teriak dan langsung berlari ke arah gue. Hahaha gue berasa artis dari Hollywood gitu. Dan mereka fans gue yang mata sangat fanatik gitu kan *benerin kerah*.

Kita pun jalan-jalan di pinggir danau dekat Istana Negara, foto-foto, dan yang paling menyenangkan adalah mendengarkan setiap cerita mereka yang diceritakan dengan menggebu-gebu. Seru sekali. Gue pun ngajak mereka untuk naik ke mobil dan kita jalan-jalan di Kebun Raya. Tadinya mau ngajak mereka ke jembatan gantung, tapi berhubung Kebun Raya luas banget dan gue gatau dimana jembatannya, alhasil cuma keliling-keliling aja naik mobil.

Tiba-tiba di jalan, mereka liat ada dua cewe bule yang melintas dan mereka terlihat excited. Gue bilang, "Sapa aja bulenya. Bilang 'Good Afternoon, Miss'". Hasilnya, mereka pun teriak dari kaca mobil. Hahaha dasar anak kecil. Sangat mudah dipengaruhi. Kita pun balik ke pinggir danau dan ga lama, bule-bule tadi muncul. Si anak-anak ribut, "Kak Rara, kita mau foto dong sama bulenya". Gue jawab "Yaudah, bilang sana sama bulenya" "Tapi kita malu bilangnya, Kak" "Aku berani!" Tiba-tiba, Amanda, salah seorang dari mereka, gadis kecil umur 7 tahun angkat tangan. "Tapi Aku gatau bilagnya, ajarin dong, Kak" "Kamu bilang gini, 'excuse me Miss, would you like to take a picture with us, please?'". Dengan latihan seadanya, Amanda pun maju. Gue senyum-senyum liat tingkat mereka.

Dan akhirnya................ this is it..........

Amanda adalah anak yang paling kecil di antara yang lain
Betapa sederhana bahagia bagi mereka. Setelah gue fotoin mereka, mereka pun bersorak dan berlari kegirangan. Ya gitu. Jadi anak kecil memang menyenangkan. Sangat menyenangkan. Ga perlu mikirin hal yang berat-berat. Lari-lari di kebun dengan kaki telanjang. Tertawa lepas. Ga kenal capek meski baju udah basah sama keringet. Lupa waktu karena tenggelam dalam kesenangan. How precious!

Dan ga salah kan kalo gue merindukan masa-masa itu. Selalu. Makanya, gue seneng banget kalo bisa main sama anak-anak kecil kaya mereka. Dengerin cerita mereka dari hal yang amat konyol sampe yang bikin gue ngakak. Kadang bukan karena isi ceritanya, tapi karena cara penyampaian mereka yang kocak dan menggemaskan. Masa-masa kecil emang harus selayaknya dinikmati secara kecil. Maksudnya, anak-anak kecil harus bertingkah sesuai usia mereka. Bermainlah! Berlarilah! Berlelah-lelahlah! Karena suatu saat, saat waktu sudah menunjukkan saatnya kalian dewasa dan tidak lagi dapat merasakan indahnya saat kanak-kanak, kalian akan merindukannya. Coretlah lembaran putih kisah masa kecil kalian dengan warna-warna cemerlang yang indah agar nanti saat kalian membukanya kembali, mengenangnya, kalian akan tersenyum, terharu akan betapa indahnya masa itu. Bersama mereka, kebahagiaan yang sejati dapat kita rasakan. Tulus. Sederhana.






Mengutip dari salah satu iklan di televisi, iklan itu menceritakan tentang anak-anak yang menilai kehidupan orang dewasa dan di akhir iklan, tag linenya bagus kalo menurut gue. Ada seorang anak yang ngomong gini : "Jadi orang gede itu menyenangkan, tapi susah dijalanin".

Sekian.