September 24, 2014

Sepuluh

Terkadang, kita bertatap, bertemu mata untuk waktu yang tidak mampu diucap lama, namun yang ada bungkam saja, sementara hati ini senantiasa ingin mengunduh senyummu. Kita sering begitu, menyiakan waktu yang nyatanya tak sering luangnya bagi kita. Semesta amat mengerti, senangmu berlama-lama dalam diam lantas aku malah geram. Lagi, tagar berbeda kita tergores satu.

Bolehkan aku sekadar merindu tawamu? Tapi jangan izinkan aku menemuimu kembali karena rasanya segala akan berputar menjadi tidak semestinya saat kita berada pada satu garis lurus. Biarlah aku memuja rindu dalam keheningan senja sementara engkau tak sudah-sudahnya bergulat dengan kepedihan nikmatnya berlatih menghapus kita. Lalu, saat inilah yang bisa kita sebut sama. Melakukan laga yang tak berujung mungkin. Sia-sia.

September 24th 2014. 09:40.