Oktober 27, 2012

Nyanyian Pengharapan (Optimisme Anak Jalanan)


Derap kaki kecil semakin nyata terdengar, semakin lama
Perlahan bayangan itu muncul rupanya
Lembayung senja membias, lantas memekat
Mengiring lembut sepoi malam menusuk tulang

Sesosok kumal dengan mantel compang-camping
Hitam legam kulitnya, terbakar sang surya
Memanggul gitar berdawai pengharapan
Bersenandung  bibir mungil penghibur hati, senantiasa

Dia masih muda ! Masih perlu pengajaran
Dia masih muda ! Tak pantas mendapat begini perlakuan
Salah siapa ? Siapa kejam ?
Semua diam ! Hening pilu alih bergumam

Inilah nyanyian kecilnya
Nyanyian pengharapan, syair miris berbalut seribu asa
Seratus, dua ratus.. Ini recehan penyambung citaku
Segulir, dua gulir.. Ini keringat biar terjatuh seraya penatku

Biarkan..
Biarkan pemakan hak berkedok pejuang berebut perketat peraturan
Biarkan..
Biarkan aku berpendar pada rajutan mimpi yang katanya tak berkesudahan
Biarkan !
Aku masih ingin belajar !
Setumpuk litetarur ku jinjing, aku senang, aku ingin jadi orang !

Meski caci tak henti ku dengar, cemooh budak sebaya jadi sarapan
Namun semangat ini tak jua padam
Akan ku senandungkan barisan nada pembakar jiwa
Akan ku hiraukan semua usik pelemah daya upaya
Aku masih ingin belajar !
Secercah mimpi ingin ku raih, aku bahagia, aku ingin beda !

Lagi.. Senyumnya terkembang
Dan lagi.. Mantelnya disibakkan
Titian hidup penuh bebatuan rintang
Namun pungguknya teramat tegar
Lagi.. Ia dekap gitar usangnya
Dan lagi.. Ia runtuni kitab tua penampung inspirasi segala
Bersiap badan penuh kesungguhan
Menanti esok dan esoknya lagi
Entah kapan, ia tiada ‘kan berhenti
Hingga bilamana pertaruhan juang diberi pengembalian

Dan nyanyiannya masih akan ada
Tetap ada..

Rizka Paramitha
October, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar