Derap
kaki kecil semakin nyata terdengar, semakin lama
Perlahan
bayangan itu muncul rupanya
Lembayung
senja membias, lantas memekat
Mengiring
lembut sepoi malam menusuk tulang
Sesosok
kumal dengan mantel compang-camping
Hitam
legam kulitnya, terbakar sang surya
Memanggul
gitar berdawai pengharapan
Bersenandung bibir mungil penghibur hati, senantiasa
Dia
masih muda ! Masih perlu pengajaran
Dia
masih muda ! Tak pantas mendapat begini perlakuan
Salah
siapa ? Siapa kejam ?
Inilah
nyanyian kecilnya
Nyanyian
pengharapan, syair miris berbalut seribu asa
Seratus,
dua ratus.. Ini recehan penyambung citaku
Segulir,
dua gulir.. Ini keringat biar terjatuh seraya penatku
Biarkan..
Biarkan
pemakan hak berkedok pejuang berebut perketat peraturan
Biarkan..
Biarkan
aku berpendar pada rajutan mimpi yang katanya tak berkesudahan
Biarkan
!
Aku
masih ingin belajar !
Setumpuk
litetarur ku jinjing, aku senang, aku ingin jadi orang !
Meski
caci tak henti ku dengar, cemooh budak sebaya jadi sarapan
Namun
semangat ini tak jua padam
Akan
ku senandungkan barisan nada pembakar jiwa
Akan
ku hiraukan semua usik pelemah daya upaya
Aku
masih ingin belajar !
Secercah
mimpi ingin ku raih, aku bahagia, aku ingin beda !
Lagi..
Senyumnya terkembang
Dan
lagi.. Mantelnya disibakkan
Titian
hidup penuh bebatuan rintang
Namun
pungguknya teramat tegar
Lagi..
Ia dekap gitar usangnya
Dan
lagi.. Ia runtuni kitab tua penampung inspirasi segala
Bersiap
badan penuh kesungguhan
Menanti
esok dan esoknya lagi
Entah
kapan, ia tiada ‘kan berhenti
Hingga
bilamana pertaruhan juang diberi pengembalian
Dan
nyanyiannya masih akan ada
Tetap
ada..
Rizka Paramitha
October, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar