Desember 23, 2012

Untitled


Bilakah bongkah kegetiran ini menyaru
Mendepak getir gelisah yang makin menggila
Letih, tak terelakkan, namun yang lain menyumpahi juang
Mampu ku tahan ini, mampu..
Lebih lagi ku bisa buatnya rasakan jerangan larut kekhawatiran
Namun aku menyerah. Kau juga, kan ?

Tak ada lagi manis serapah
Aku bukan pamrih, tapi semua ini semu
Hanya sekadar senyum buatan agar senyum lain terurai
Palsu! Semua ini dusta! Kau rasakan ?

Lalu, apalagi yang kau harapkan ?
Mendekap dalam kepura-puraan senantiasa ?
Bilamana ku runut, untuk apa bertahan jika sesama ingin melepaskan ?
Kata tak lagi tulus terlantun. Hanya pembiasaan.

Kala memerhati kisah lalu, air muka kita sama ubahnya
Mungkin menangis, menjerit dalam hati. Kacau. Ingin kembali
Kadang harus ada pembiasaan
Pembiasaan tak ada lagi kita. Pembiasaan saling terberai
Bukankah kini semakin jauh ?
Bukan kita. Tapi hati. Bukan jiwa. tapi sanubari

Segala yang dielukan masa silam lantas sirna
Kemana ? Tersapu angin jenuh mungkin
Pasti kembali, namun tak akan sama. Tak seperti adanya kala
Lalu munggahkan saja perasaan yang ada
Semua ini, akhiri saja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar